Pemilihan Umum Presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) segera dilaksanakan dalam waktu dekat. Pilpres AS ini diperkirakan akan berdampak pada pergerakan komoditas, saham, dan nilai tukar di pasar global dan domestik Indonesia.
Pilpres AS akan digelar pada Selasa (5/11/2024) waktu AS. Pemilihan ini sangat ditunggu dunia karena akan menjadi penentu siapa yang akan menjadi pemimpin dari negeri adidaya tersebut dari dua kandidat yang akan dipilih.
Kandidat tersebut yakni Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik.
Performa Emas, Rupiah, dan IHSG
Jika dilihat dari empat pilpres sebelumnya yang terjadi pada 4 November 2008, 6 November 2012, 8 November 2016, dan 3 November 2020, harga emas, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak cukup volatile.
Harga emas pada momen pilpres AS periode 2008, 2012, dan 2020, tampak mengalami apresiasi masing-masing sebesar 5,81%, 1,86%, dan 0,7%. Sementara pada 2016, harga emas menurun 0,47%.
Hal ini menunjukkan bahwa harga emas cukup berdampak signifikan dengan adanya momen ini.
Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung mengalami penguatan di momen pilpres AS maupun satu hari setelah pemilihan.
Dari empat pilpres sebelumnya, hanya pada 9 November 2016 atau satu hari setelah pemilihan tampak rupiah mengalami depresiasi sebesar 0,11%.
Begitu pula dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami apresiasi pada hari pilpres AS di periode 2008, 2012, 2016, dan 2020 yakni masing-masing sebesar 1,26%, 0,26%, 1,57%, dan 0,87%.
Sedangkan satu hari setelah pilpres, IHSG seringkali justru ditutup terkoreksi.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pergerakan rupiah justru cenderung lebih volatile dibandingkan emas dan rupiah pada 2020 jika dibandingkan dengan 2008 yang pada saat itu justru emas lebih volatile.
Pilpres AS & FOMC The Fed
Pilpres AS kali ini tampak cukup menarik karena terjadi sebelum Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS (The Fed) yang diselenggarakan pada 7 November 2024.
Pelaku pasar tidak hanya menunggu soal pilpres AS, melainkan juga keputusan The Fed dalam hal suku bunga acuannya, yakni apakah kembali dipangkas atau ditahan.
Hingga saat ini, survei CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa 99,9% pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) yakni dari 5,00% ke angka 4,75%.
Pasar menilai bahwa angka Indeks Harga Konsumen (IHK) AS saat ini sudah semakin mendekati target The Fed di 2% dan angka data ketenagakerjaan AS saat ini cukup mengkhawatirkan, sehingga pembabatan suku bunga agar ekonomi AS dapat kembali bergerak dengan baik.