5 Negara Penghasil Buah Sawo Terbesar di Dunia, Ada RI?

Buah Sawo

Sawo, atau dikenal juga dengan nama sapodilla, chiku, maupun chico, adalah salah satu buah tropis yang paling digemari di banyak negara Asia dan Amerika Latin. Tekstur dagingnya yang lembut, manis seperti karamel, dan aroma khasnya membuat buah ini menjadi pilihan dalam beragam olahan dari minuman segar, makanan penutup, hingga obat tradisional.

Namun, sawo bukan hanya soal rasa. Di balik bentuk bulatnya yang sederhana, sawo menyimpan berbagai kandungan gizi yang menakjubkan.

Buah ini kaya akan vitamin C, serat pangan, zat besi, serta antioksidan alami. Karena itu, tak heran jika sawo dipercaya dapat membantu memperkuat sistem imun, melancarkan pencernaan, menjaga kesehatan kulit, bahkan meredakan batuk dan radang tenggorokan.

Dalam skala global, India merupakan penghasil sawo terbesar di dunia. Produksi tahunan negara ini mencapai lebih dari 1,3 juta ton, tersebar di lebih dari 24.000 hektare lahan pertanian.

India memiliki berbagai varietas unggulan seperti Kalipatti, Cricket Ball, dan Baramasi, yang sebagian besar ditanam di negara bagian Maharashtra, Gujarat, dan Tamil Nadu. Kalai dihitung, India memiliki lebih dari 36 varietas sawo, menjadikannya negara dengan keragaman genetik sawo tertinggi di dunia.

Uniknya, hampir seluruh hasil produksi dikonsumsi di dalam negeri, mencerminkan tingginya kecintaan masyarakat India terhadap buah lokal ini

Sementara itu, Meksiko, yang dianggap sebagai tanah kelahiran asli sawo-masih mempertahankan perannya sebagai salah satu pemain penting dunia. Produksinya mencapai antara 65.000 hingga 70.000 ton per tahun.

Selain buahnya, pohon sawo di Meksiko juga dimanfaatkan untuk memproduksi getah chicle, bahan alami yang sejak dulu digunakan dalam industri permen karet. Di beberapa wilayah seperti Yucatán dan Veracruz, getah ini masih disadap secara tradisional, menjadikan sawo sebagai komoditas yang bernilai ganda: pangan dan industri.

Di kawasan Asia Tenggara, Thailand menempati posisi ketiga sebagai penghasil sawo global dengan produksi sekitar 30.000 hingga 35.000 ton per tahun. Disusul oleh Filipina dengan kisaran produksi 15.000 hingga 20.000 ton. Kedua negara ini memproduksi sawo terutama untuk pasar domestik, namun perlahan mulai membuka jalur ekspor ke kawasan Asia Timur dan Timur Tengah.

Posisi kelima ditempati oleh Malaysia dan Indonesia, yang mencatatkan produksi sekitar 8.000 hingga 12.000 ton per tahun. Di Indonesia sendiri, sawo tumbuh subur di berbagai daerah tropis seperti Sumatera Barat, Sulawesi Barat, hingga Papua. Meski belum menjadi komoditas ekspor utama, produksi sawo di dalam negeri menunjukkan potensi yang menjanjikan, khususnya untuk pasar domestik dan industri olahan buah lokal.

Duel Dua Titan: Begini Peta Pertarungan Harta Trump Vs Musk

Duel Dua Titan: Begini Peta Pertarungan Harta Trump vs Musk

Perseteruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Elon Musk kembali memanas minggu ini. Kedua mantan sekutu politik itu saling mengancam akan melakukan pembalasan di depan publik.

Pertengkaran itu, yang berpusat di sekitar penentangan Musk terhadap rancangan undang-undang pajak Trump saat dibahas di Kongres, mengakhiri periode pemulihan hubungan antara dua orang paling berkuasa di dunia.

Perseteruan yang makin panas antara Donald Trump dengan Elon Musk menarik perhatian banyak mata hingga menimbulkan rasa keinginantahuan siapa yang paling kaya diantara keduanya.

Pasar Tertua di Jakarta Sepi-Pembeli Kabur, Nasib Pedagang Merana

Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sepi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Pedagang di Pasar Jatinegara Jakarta Timur mengeluhkan sepinya pelanggan dalam beberapa tahun terakhir dan membuat omzet penjualannya turun drastis. Junaedi, pedagang sepatu di pasar tersebut mengaku omzetnya turun drastis.

Dahulu pada saat masih sangat ramai, pihaknya bisa mendapatkan cuan dari penjualan sepatu sekitar Rp 15 juta per hari. Namun kini, Ia hanya bisa mendapatkan kurang dari Rp 5 juta per harinya.

“Wah, kalau ngomong omzet, turun drastis, dulu sehari bisa dapet maksimal Rp 15 juta pas musim ramai, sekarang ya pas musim ramai saja dapet Rp 5 juta lebih sedikit,” kata Junaedi saat ditemui CNBC Indonesia, Jumat (4/7/2025).

Bahkan di musim liburan sekolah tahun ini pun, yang biasanya penjualan sepatu terutama anak sekolah, Junaedi tidak bisa berbuat apa-apa dan pasrah.

“Dulu pas musim libur anak sekolah, penjualan bisa melonjak karena kan orang tua sama anaknya mencari sepatu, sekarang, pasrah aja sudah, walaupun pun bantuan dari KJP turun, tapi sepertinya tidak seramai dulu,” tambah Junaedi.

Senada dengan Junaedi, Taslim, pedagang pakaian di Pasar Jatinegara mengaku demikian, di mana omzetnya kini tak sebesar dahulu. Padahal, Taslim juga melayani penjualan online.

“Dulu bisa puluhan juta, ya bisa Rp 10 juta, apalagi pas musim ramai, bisa dapat Rp 20 juta, sekarang, sudah tidak bisa dibandingkan dengan dahulu, bisa dapat Rp 1 juta saja sudah bersyukur,” kata Taslim.

Menurutnya, kondisi dahulu dan sekarang sudah tidak bisa dibandingkan, karena eranya sudah berganti, meski dirinya sudah beradaptasi dengan membuka penjualan online.

“Yang sudah berlalu ya sudah jadi kenangan, dulu mungkin kami bisa dapet berjuta-juta, jadi raja, sekarang ya dapat satu juta, dua juta sudah bersyukur, sekarang kita sudah bukan rajanya lagi,” terangnya.

Pasar Jatinegara pun tampak mulai sepi, meski sepinya tidak terlalu parah dibandingkan beberapa pasar lainnya di Jakarta. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di pasar tersebut pada Jumat (4/7/2025), kondisinya memang tidak sepenuhnya sepi. Bahkan di depan pasar tepatnya pintu masuk Jalan Matraman Raya, kondisinya masih terbilang ramai meski tidak seramai seperti dahulu.

Di gedung utama pasar tersebut, terlihat pelanggan yang masih cukup ramai berada di lantai basement, lantai dasar, dan lantai 1. Sedangkan lantai 2, hanya beberapa pelanggan terlihat sedang menghampiri beberapa toko. Parahnya di lantai 3, di mana banyak ruko-ruko yang sudah tutup di lantai ini.

Pasar Jatinegara atau dikenal dengan sebutan Pasar Mester merupakan pasar tertua yang masih eksis hingga kini. Sebagai informasi, dalam situs resmi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinsi Jakarta dijelaskan pasar Jatinegara atau ‘Meester Passer’ merupakan pasar tertua di pusat pemerintahan saat ini.

Sejarah pasar ini bermula saat seorang guru agama Kristen keturunan Portugis bernama Meester Cornelis Senen membeli sebidang tanah di aliran Kali Ciliwung dan mengubah daerah tersebut menjadi kawasan perdagangan Pada 1661 silam.

Seiring waktu berjalan penyebutan nama Meester berubah menjadi Mester karena penyesuaian dengan pelafalan masyarakat sekitar. Sepeninggal Kolonial Belanda nama Mester diganti dengan Jatinegara yang berarti ‘Negara Sejati’.

Adapun barang yang dijual di pasar ini kebanyakan melayani sistem grosir, baik kodian maupun lusin, meski beberapa juga melayani pembelian satuan atau eceran.

MSCI Naikkan Rating ESG BNI, Komitmen Hijau & Tata Kelola Diakui Dunia

BNI

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI kembali menunjukkan komitmennya sebagai pelopor keuangan berkelanjutan, setelah MSCI menaikkan rating ESG BNI dari BBB pada Juni 2024 menjadi A pada Juni 2025 berkat penguatan praktik tata kelola dan manajemen risiko ESG terkait pembiayaan.

Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo menyatakan bahwa kenaikan rating ESG ini mencerminkan integrasi aspek keberlanjutan dalam strategi bisnis perusahaan, mulai dari produk, layanan, hingga penguatan tata kelola dan pengelolaan risiko.

BNI juga aktif dalam menyelaraskan praktik ESG dengan standar industri global. Di aspek lingkungan, BNI mendukung transisi menuju ekonomi hijau melalui pembiayaan berkelanjutan sebagai bagian dari strategi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pembiayaan pada tahun 2060. Selain itu, BNI juga berkomitmen untuk mencapai NZE operasional pada tahun 2028.

“Untuk mendukung upaya pembiayaan berkelanjutan dan pencapaian target NZE tersebut, BNI juga memperkuat pengelolaan risiko iklim serta meningkatkan kapabilitas SDM dan transparansi pelaporan ESG agar makin akuntabel,” kata Okki dalam keterangan tertulis, Kamis, (3/7/2025).

Sebagai bagian dari upaya mendukung transisi menuju ekonomi hijau, penyaluran pembiayaan hijau BNI telah tumbuh dengan rata-rata setiap tahun (CAGR) 25,0%, dengan nilai mencapai Rp73,4 triliun pada akhir Desember 2024, dibandingkan akhir Desember 2020 sebesar Rp29,5 triliun. Untuk posisi Maret 2025 penyaluran pembiayaan hijau BNI sebesar Rp72,2 triliun dimana sudah mencapai 95,7% dari target 2025.

BNI juga aktif menyalurkan Sustainability Linked Loan (SLL) untuk mendorong debitur mengintegrasikan aspek ESG ke dalam operasional mereka, sekaligus memperkuat peran BNI sebagai mitra strategis dalam mendampingi perjalanan debitur menuju praktik bisnis berkelanjutan. Hingga Maret 2025, penyaluran SLL BNI telah mencapai Rp6 triliun.

Di aspek sosial, BNI memiliki komitmen kuat untuk mencegah kebocoran data melalui berbagai inisiatif perlindungan data dan keamanan informasi yang melampaui standar industri. BNI juga terus memperkuat perlindungan data finansial nasabah untuk meningkatkan kepercayaan publik.

Untuk aspek tata kelola, BNI memiliki kebijakan antikorupsi dan etika bisnis yang tegas, serta terus menyempurnakan kebijakan remunerasi eksekutif dan memperkuat struktur tata kelola agar selaras dengan praktik terbaik global.

“Peningkatan rating ESG ini menjadi bukti nyata bahwa keberlanjutan bukan sekadar jargon bagi BNI, melainkan prinsip dasar dalam menjalankan bisnis. Ke depan, BNI berkomitmen untuk terus berinovasi dalam menghadirkan solusi keuangan yang bertanggung jawab demi menciptakan masa depan yang lebih hijau dan inklusif,” pungkas Okki.

Merger Asuransi Pelat Merah, PertaLife Belum Disuruh Ikutan

Pertalife Insurance. (Tangkapan Layar Youtube Pertalife Insurance)

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) berencana untuk merampingkan perusahaan asuransi pelat merah melalui merger dan akuisisi. 

Direktur Utama PT Perta Life Insurance (PertaLife) Hanindio W. Hadi mengatakan pihaknya tengah menunggu arahan dari pemegang saham, dalam hal ini Dana Pensiun Pertamina dan PT Timah Tbk (TINS) terkait hal tersebut.

“Saya tinggal ikuti saja instruksi dari atasan. Kalau sekarang masih belum ada arahan,” jelas Hanindio usai acara HUT ke-40 Pertalife di Jakarta, Rabu, (2/7/2025).

DIa tak menampik isu tersebut menjadi salah satu bahasan di dalam Rapat Umum Pemegang Sahamnya (RUPS). Akan tetapi pihaknya akan melaksanakan proses bisnis seperti biasa sepanjang belum ada arahan.

Terlepas dari isu konsolidasi asuransi BUMN tersebut, PertaLife sebelumnya dikabarkan dalam proses due diligence untuk akuisisi PT Asuransi Tugu Pratama Tbk (TUGU). Hanindio mengatakan realisasi tersebut belum akan terjadi dalam waktu dekat karena kedua pihak belum menemukan valuasi dan harga akuisisi yang tepat.

“Tugu itu kan sempat dapat arahan dari BOD Pertamina untuk melakukan pengalihan saham dari Dapen. Dapen diminta untuk divestasi, tapi kita sekali lagi posisinya adalah objeknya, jadi kita sekarang tinggal tunggu saja,” kata dia.

Sebelumnya, Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria mengatakan perusahaan pelat merah akan melakukan aksi korporasi besar-besaran dalam 1-2 tahun ke depan. Hal tersebut dalam rangka peninjauan kembali fundamental BUMN.

Dony mengungkapkan, akan ada lebih dari 350 aksi korporasi baik akuisisi maupun merger BUMN.

“Konsolidasi bisnis ini kita harapkan akan selesai dalam 1-2 tahun ke depan, akan terjadi lebih dari 350-an merger dan akuisisi yang akan kita lakukan,” ujarnya dalam acara Outlook Ekonomi DPR Selasa (20/5/2025).

Dony menyebut peninjauan kembali pada bisnis BUMN ditargetkan rampung pada kuartal IV-2025. Peninjauan kembali menjadi tahap pertama yang dilakukan untuk menciptakan matriks BUMN berdasarkan industrinya masing-masing.

Kas138

Gegara Gaza, Investor Rp 1.850 T Ini Cabut dari Firma Terkait Israel

Dana pensiun KLP/doc.KLP

Dana pensiun terbesar Norwegia, KLP, telah mengambil langkah signifikan dengan melepas investasinya dari dua perusahaan internasional yang dituding memasok peralatan kepada militer Israel. Keputusan ini, yang diumumkan pada Senin (30/06/2025), menyoroti kekhawatiran yang berkembang mengenai potensi keterlibatan perusahaan dalam pelanggaran hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional.

Mengutip Al Jazeera, perusahaan-perusahaan yang divestasi adalah Oshkosh Corporation yang berbasis di Amerika Serikat dan perusahaan industri Jerman, ThyssenKrupp. KLP, yang mengatur aset sebesar US$ 114 miliar (Rp 1.850 triliun) menyatakan bahwa keputusan ini diambil setelah analisis mendalam berdasarkan laporan PBB yang mengindikasikan bahwa peralatan dari kedua perusahaan tersebut kemungkinan besar digunakan dalam konflik di Gaza.

Menurut KLP, penjualan peralatan militer kepada Israel oleh kedua perusahaan tersebut bertentangan dengan pedoman investasi yang bertanggung jawab. Dana pensiun tersebut menekankan komitmennya untuk memastikan bahwa investasinya tidak berkontribusi pada situasi di mana hak asasi manusia fundamental dilanggar.

“Perusahaan memiliki tugas independen untuk melakukan uji tuntas yang diperlukan guna menghindari keterlibatan dalam pelanggaran hak asasi manusia fundamental dan hukum humaniter,” kata Kepala Investasi di KLP Kapitalforvaltning, Kiran Aziz.

“Kedua perusahaan tersebut gagal mendokumentasikan uji tuntas yang diperlukan sehubungan dengan potensi keterlibatan mereka dalam pelanggaran hukum humaniter.”

Sebelum divestasi ini, KLP memiliki investasi senilai sekitar US$ 1,8 juta (Rp 28,8 miliar) di Oshkosh dan hampir US$ 1 juta (setara dengan Rp 16 miliar) di ThyssenKrupp. Angka ini mencerminkan komitmen finansial yang signifikan yang kini telah ditarik sebagai bentuk protes.


Oshkosh Corporation secara terbuka mengkonfirmasi bahwa mereka menjual kendaraan dan suku cadang kepada tentara Israel untuk digunakan di Gaza. Pengakuan ini menambah bobot pada keputusan KLP dan menguatkan klaim mengenai keterlibatan perusahaan dalam pasokan militer tersebut.


Sementara itu, ThyssenKrupp juga mengakui adanya hubungan jangka panjang dengan militer Israel. Perusahaan tersebut telah mengirimkan empat kapal perang Sa’ar 6 dan memiliki rencana untuk mengirimkan kapal selam tambahan, menunjukkan keterlibatan yang berkelanjutan dalam sektor pertahanan Israel.


Langkah ini bukanlah yang pertama bagi KLP dalam hal divestasi yang didasari oleh isu hak asasi manusia. Pada tahun 2021, KLP juga melepas investasinya dari 16 perusahaan. Di antara perusahaan-perusahaan tersebut termasuk raksasa telekomunikasi Motorola, yang terbukti terkait dengan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki.


Pada tahun yang sama, KLP juga mengambil tindakan divestasi terhadap Adani Ports, sebuah perusahaan yang memiliki hubungan dengan pemerintah militer Myanmar. Keputusan ini menunjukkan pola konsisten dari KLP dalam meninjau dan menarik investasinya dari entitas yang terlibat dalam kontroversi hak asasi manusia.


Musim panas lalu, KLP juga telah mendivestasi perusahaan AS Caterpillar. Keputusan ini diambil karena buldoser buatan Caterpillar digunakan dalam penghancuran rumah dan infrastruktur Palestina, yang menimbulkan kekhawatiran serius mengenai dampaknya terhadap penduduk sipil.

Catatan terhadap Pulau di Indonesia: Konflik Vs Kesejahteraan Rakyat

Negara Dengan Pulau Terbanyak

Berbagai kasus sengketa pulau, baik skala kecil maupun besar, antarprovinsi maupun antarkabupaten, akhir-akhir ini kembali mencuat ke publik. Isu penjualan pulau secara daring juga marak terjadi. Pertanyaannya: mengapa ini bisa terjadi? Apakah benar pulau bisa diklaim sepihak oleh perseorangan, lembaga, atau bahkan pemerintah?

Akar masalah sering kali diabaikan karena yang lebih ditonjolkan adalah ego dan klaim administratif kepemilikan. Padahal, yang lebih penting adalah siapa yang bersedia mengelola dan menjaga pulau tersebut dengan sungguh-sungguh untuk kemaslahatan bersama.

Akar Sengketa
Pulau adalah bentang alam berupa daratan yang dikelilingi oleh air baik laut, sungai, maupun danau. Ukurannya bisa sangat kecil hingga besar, dengan kondisi geofisik beragam seperti pegunungan, pantai, dan dataran rendah.

Indonesia memiliki 17.504 pulau, namun hingga kini baru 7.872 yang diberi nama dan terdaftar secara resmi. Sisanya, 9.636 pulau belum memiliki nama legal. Ini menjadi cermin bahwa negara belum sepenuhnya serius dalam mengelola pulau dan kekayaan sumber daya yang ada di dalamnya bahkan untuk sekadar penamaan.

Kita juga masih menyimpan luka sejarah, seperti lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia pada tahun 2002. Mahkamah Internasional mengedepankan prinsip efektivitas penguasaan, bukan klaim administratif semata. Malaysia dianggap lebih mampu menunjukkan bukti nyata pengelolaan mulai dari mercusuar, konservasi penyu, hingga pajak dan regulasi satwa.

Sengketa antarwilayah di dalam negeri terhadap 43 pulau pada umumnya masih berkutat pada ego administratif. Belum menyentuh substansi pengelolaan yang berdampak bagi masyarakat.

Hal tersebut diperparah oleh kelemahan UU pembentukan daerah yang hanya menjabarkan batas wilayah berdasarkan arah mata angin, tanpa peta perinci atau koordinat geospasial.

Dengan regulasi yang lemah, penguasaan dan pengelolaan pun menjadi sangat minim. Jika dibiarkan, pihak yang bersengketa akan terus mengalami “kekalahan” apabila lawannya lebih siap dan efektif dalam mengelola pulau tersebut.

Kondisi Pulau Saat Ini
Dari total 17.504 pulau yang kita miliki, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan potensi kekayaan laut Indonesia mencapai Rp19.986 triliun.

Namun, dari ribuan pulau yang sudah diberi nama, hanya 197 pulau (5,3%) yang dimanfaatkan untuk sektor wisata, dan itu pun hanya melibatkan 1.197 pelaku usaha (KKP, 2024). Dalam hal hunian, hanya 2.117 pulau yang berpenghuni. Artinya, sekitar 87,82% pulau masih kosong dan belum dimanfaatkan secara optimal.

Kendala utama memang cukup kompleks: keterbatasan infrastruktur, biaya investasi tinggi, dan sebagian besar pulau kecil (17.207 di antaranya memiliki luasan <100 hektare) yang secara logistik sulit dijangkau. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata ada indikasi penguasaan ilegal terhadap pulau-pulau tak berpenghuni oleh pihak-pihak tertentu yang kemudian menjualnya secara daring.

Sampai hari ini, sebagian besar perhatian negara masih tersedot ke pulau besar yang sudah padat dan penuh kepentingan. Padahal, lebih dari 87% pulau kecil menyimpan potensi sumber daya laut dan ekosistem yang belum dimanfaatkan. Jika terus-menerus diabaikan, untuk apa kita saling berebut wilayah?

Fokus: Kelola, Bukan Rebut
Sekitar 70% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir. Terdapat 7 juta orang yang menggantungkan hidup di sektor kelautan dan perikanan. Bahkan, 80% hasil perikanan nasional berasal dari nelayan kecil. Ini menunjukkan pulau dan laut bukan hanya bagian dari peta, tapi sumber kehidupan.

Pulau-pulau kecil kita terdiri dari berbagai tipe: pulau benua, pulau vulkanik, dan pulau karang. Masing-masing memiliki karakteristik biofisik yang unik dan membutuhkan pendekatan pengelolaan yang berbeda.

Tanpa pemetaan menyeluruh dan rencana pengelolaan yang spesifik, potensi akan terbuang percuma. Sudah saatnya negara menyusun Ocean Plan yang berbasis pada dua prinsip utama.

Pertama, memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat pesisir. Kedua, menjaga keberlanjutan ekologis pulau dan perairan sekitarnya.

Untuk memperkuat tata kelola pulau kecil secara adil dan berkelanjutan, negara harus mempertimbangkan langkah-langkah, yaitu:

a. Mempercepat penetapan RZWP3K di seluruh provinsi sebagai dasar legal pemanfaatan ruang laut dan pulau
b. Mengintegrasikan data kepemilikan, pemanfaatan, dan potensi pulau kecil ke dalam sistem informasi geospasial nasional
c. Memastikan keterlibatan masyarakat lokal dan pengakuan terhadap hak-hak tradisional dalam setiap izin pengelolaan pulau
d. Menindak tegas praktik jual beli pulau secara ilegal dan mencabut izin jika terbukti ada pelanggaran prinsip keberlanjutan
e. Mendorong investasi hijau berbasis masyarakat, khususnya untuk pariwisata bahari, konservasi, dan perikanan berkelanjutan.

Pulau bukan hanya soal garis batas wilayah atau ego administratif. Pulau adalah sumber kehidupan, ruang konservasi, dan potensi masa depan. Jika dikelola dengan baik, ia akan menjadi motor kesejahteraan. Tapi jika dibiarkan jadi rebutan tanpa arah, ia hanya akan menambah daftar konflik dan potensi kerugian negara.

Mari kita ubah cara pandang: dari rebutan wilayah menjadi gerakan nasional pengelolaan pulau untuk rakyat.

5 Jurus Anti Gaji Lenyap Bak Dimakan Tuyul: Aturan E-Wallet-Investasi

Ilustrasi Gajian. (Dok. Freepik)

Ketenangan dalam keuangan menjadi impian semua orang. Namun, ternyata sejumlah orang masih mengalami gaji yang habis dipertengahan bulan hingga tak dapat menabung ataupun berinvestasi.

Dalam mengatasi hal tersebut, ada strategi sederhana namun tetap realistis dengan cara yang lebih sadar terhadap arus keluar masuk uang.

Mengutip Beautynesia, berikut 5 jurus keuangan yang dapat diterapkan:

1. Sisihkan Dana di Awal, Bukan di Akhir

Menyisihkan dana di awal menjadi cara paling ampuh agar tak langsung lenyap di minggu pertama. Begitu gaji masuk, langsung sisihkan sebagian buat tabungan, investasi, atau dana darurat.

Idealnya adalah 10-20% dari penghasilan.

Kalau dana darurat belum kebentuk, mulai pelan-pelan, targetnya bisa sampai 3-6 bulan pengeluaran. Kalau kamu punya alokasi rutin buat zakat atau sedekah, bisa sekalian disisihkan. Alasan menyisihkan dana di awal agar tidak habis sebelum akhir bulan.

2. Gunakan Sistem E-wallet Terpisah

Cara lain supaya gaji nggak cepat habis adalah dengan membuat sistem e-wallet terpisah. Intinya, pisahkan dana gaji jadi beberapa kategori sesuai kebutuhan.

Misalnya, ada pos untuk belanja bulanan, transportasi, makan di luar, kebutuhan anak, sampai self reward. Masing-masing kategori ini punya porsi sendiri dan tidak boleh digunakan untuk hal yang bukan posnya.

Dengan sistem ini, kamu jadi punya batas yang jelas. Sistem ini membuat lebih sadar, lebih terukur, dan yang paling penting, tidak gampang kebobolan karena lapar mata.

3. Catat Setiap Pengeluaran Harian

Salah satu kebiasaan sederhana tapi berdampak besar adalah mencatat pengeluaran harian, sekecil apa pun itu. Luangkan waktu 2 menit saja setiap hari, cukup buat nulis apa aja yang kamu keluarkan hari itu.

Tak harus formal, dapat melalui aplikasi keuangan, spreadsheet di Google Sheets, atau bahkan buku catatan kecil di tas.

4. Utamakan Kebutuhan, Kesampingkan Keinginan

Salah satu kunci supaya gaji nggak cepat habis adalah belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kedengarannya simpel, tapi praktiknya nggak selalu segampang itu.

Misalnya, bayar cicilan motor tiap bulan, jelas itu kebutuhan. Beli skincare karena udah mau habis dan itu bagian dari perawatan diri, masih masuk kategori butuh. Tapi kalau kamu tiba-tiba lihat jaket lucu lewat di FYP TikTok terus tanpa mikir langsung check out, itu jelas keinginan sesaat.

5. Manfaatkan Promo, Tapi Jangan Promo yang Mengendalikan Kamu

Promo dapat menjadi penyelamat keuangan selama dikendalikan, bukan sebaliknya. Intinya, beli barang karena memang kamu butuh dan udah rencana dari awal baru deh, cari promonya biar makin hemat.

Jeff Bezos Punya Kekayaan Rp3.748 Triliun, Ini Gurita Bisnisnya

Jeff Bezos memberi isyarat saat meninggalkan hotel Aman Venice, menjelang pernikahan mereka yang diharapkan, di Venesia, Italia, 25 Juni 2025. (REUTERS/Guglielmo Mangiapane)

Sang pendiri Amazon Jeff Bezos kembali menikah usai bercerai pada 2019. Pada Juni 2025, Jeff Bezos menikahi Lauren Sánchez. Mereka telah bertunangan pada Mei 2023, sekitar empat tahun setelah Bezos bercerai dari Mackenzie Scott, dan Sánchez resmi bercerai dari Patrick Whitesell pada 2019.

Acara pernikahan mereka akan berlangsung di Venesia, Italia, antara 24 hingga 28 Juni 2025. Beberapa sumber menyebut tanggal 27 Juni sebagai hari pernikahan di pulau San Giorgio Maggiore.

Rencananya pernikahan akan berlangsung selama tiga hari dan hanya mengundang sekitar 200 tamu selebritas dan tokoh ternama seperti Kim Kardashian, Ivanka Trump, Oprah Winfrey, Leonardo DiCaprio, dan lainnya .

Pernikahan ini mendapat sorotan besar, tidak hanya karena kemewahannya dengan anggaran yang diperkirakan mencapai belasan juta dolar, tetapi juga karena adanya protes lokal di Venesia terkait dampak turisme dan okupasi fasilitas publik.

Sebagai informasi, Jeff Bezos menduduki urutan ketiga sebagai orang terkaya di dunia berdasarkan data Real Time Net Worth Forbes dengan nilai kekayaan mencapai US$231,4 miliar atau setara dengan Rp3.748,45 triliun (Rp16.199/US$1).

Bezos merupakan pendiri sekaligus mantan kepala eksekutif (CEO), dan sekarang ketua eksekutif perusahaan e-commerce global Amazon. Perusahaan tersebut menguasai 37,6% pangsa pasar pengecer daring di AS pada tahun 2023. Kini ia memiliki 10% saham perusahaan tersebut. Saham Amazon adalah sumber utama kekayaannya, meskipun ia telah menjual sebagian besar sahamnya untuk diversifikasi.

Kekayaan Bezos berasal dari berbagai sumber, baik langsung maupun tidak langsung.

Berikut catatan CNBC Indonesia Research soal gurita bisnis sang pendiri Amazon.

1. Amazon

Jeff Bezos mendirikan perusahaan e-commerce raksasa Amazon pada tahun 1994 dari garasinya di Seattle. Bisnis ini yang menjadi sumber kekayaannya hingga masa kini.

2. Blue Origin (Industri Antariksa)

Jeff Bezos memiliki perusahaan induk investasi bernama Bezos Expeditions, serta keterlibatan langsung di beberapa bisnis strategis salah satunya Blue Origin yang didirikan tahun 2000 oleh Bezos. Bisnis ini fokus pada penerbangan luar angkasa komersial. Kompetitor utama SpaceX milik Elon Musk. Bisnis ini dibiayai pribadi oleh Bezos, sering dengan menjual saham Amazon untuk mendanainya (sekitar US$1 miliar per tahun).

3. The Washington Post

Diakuisisi oleh Bezos pada 2013 secara pribadi seharga US$250 juta. Di bawah kepemilikan Bezos, The Post menjadi lebih digital dan global.

4. Bezos Expeditions (Kendaraan Investasi Pribadi)

Melalui Bezos Expeditions, Bezos berinvestasi di banyak startup dan perusahaan teknologi seperti Google dengan investasi awal pada 1998, Uber, Airbnb, Twitter, Juno Therapeutics (bioteknologi), Unity Biotechnology, Grail (deteksi kanker).

5. Nash Holdings LLC

Entitas swasta yang memegang kepemilikan The Washington Post dan beberapa aset pribadi lainnya.

Dengan berbagai sumber kekayaannya, pada tahun 2020, Bezos berkomitmen untuk menyumbangkan US$10 miliar untuk tujuan perubahan iklim pada tahun 2030 melalui Bezos Earth Fund miliknya, dan sejauh ini ia telah memberikan US$2 miliar.

Ia juga berencana untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya selama hidupnya, tanpa mengungkapkan rincian spesifik

China Respons Keras Warning NATO, Sebut Kelewatan & Sudah Jadul

Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow, Rusia, 8 Mei 2025. (Kirill Kudryavtsev/Pool via REUTERS)

Pemerintah China telah memberikan tanggapan keras terhadap apa yang disebutnya sebagai disinformasi yang memicu konfrontasi kepada aliansi militer NATO. Hal ini terjadi Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyuarakan kekhawatiran mengenai “penumpukan militer besar-besaran” Beijing dan dukungannya terhadap Rusia dalam perang di Ukraina.

Dalam konferensi pers, Kamis (26/6/2025), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menuduh Rutte memperburuk ketegangan global dengan pernyataannya dan menjelek-jelekkan perkembangan militer Beijing. Menurutnya, ini hanyalah alasan lain bagi NATO untuk secara drastis meningkatkan pengeluaran dan kehadiran di Asia-Pasifik.

“NATO mengeklaim dirinya sebagai organisasi regional tetapi terus melampaui cakupan geopolitik yang ditetapkan dalam perjanjiannya dan menggunakan konektivitas keamanan Eurasia sebagai alasan untuk memiliki kehadiran di Asia-Pasifik,” ujarnya, dikutip dari Newsweek.

“Masyarakat internasional melihat ini dengan jelas dan negara-negara di Asia-Pasifik berada dalam siaga tinggi.”

Guo juga mengomentari pernyataan Rutte terkait Ukraina. Ia menegaskan China berkomitmen pada pembicaraan damai dan secara aktif mempromosikan penyelesaian politik krisis. Ia juga menegaskan bahwa Beijing tidak pernah menyediakan senjata kepada pihak mana pun dalam konflik dan mengontrol ekspor barang-barang dengan penggunaan militer.

“Jika NATO benar-benar peduli dengan keamanan di Eropa dan dunia, mereka harus berhenti mengipasi api dan memicu konfrontasi,” tambahnya.


“China mendesak NATO untuk meninjau kembali apa yang telah mereka lakukan, mengindahkan seruan keadilan dalam komunitas internasional, meninggalkan mentalitas Perang Dingin tentang konfrontasi global, serta permainan zero-sum. Ini adalah konsep-konsep yang sudah usang.”

NATO, sebuah aliansi pertahanan kolektif pimpinan AS yang berpusat di Eropa, semakin mengalihkan perhatiannya ke China dalam beberapa tahun terakhir. Aliansi ini memandang raksasa Asia tersebut sebagai tantangan sistemik karena pengaruh globalnya yang semakin besar, aktivitas siber, spionase, dan semakin dalamnya keselarasan strategis dengan Rusia.

Menjelang KTT NATO di Belanda, Rutte berbicara tentang pentingnya hubungan aliansi dengan kekuatan Asia-Pasifik, menyebut Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru, khususnya dalam konteks penumpukan militer China. Dua sekutu NATO, AS dan Inggris, telah memulai kemitraan dengan Australia untuk menyediakannya kapal selam nuklir jarak jauh dan meningkatkan patroli.


Rutte juga sebelumnya mengatakan NATO khawatir tentang China dan Korea Utara yang “menggandakan” dukungan untuk Rusia dalam “serangan tak beralasan di Ukraina” oleh Moskow. Beijing sejauh ini menyangkal mengirimkan senjata apa pun, namun tetap menerima aliran energi asal Rusia.