
Perkantoran dengan tingkat okupansi rendah bahkan cenderung kosong atau ‘perkantoran hantu’ sudah berlangsung lama di Jakarta. Tren jebloknya okupansi ini sudah terjadi sejak era pandemi Covid-19, namun kondisinya sampai saat ini masih belum normal.
“Sektor office dan retail masih tertekan belum terkendali secara penuh. Efisiensi office space dan retail akan terus berlangsung karena pengusaha sudah terbiasa mengatasi kondisi bekerja melalui rumah (WFH),” kata pengamat property Aleviery Akbar, Selasa (29/4/2025).
Dalam tiga bulan pertama tahun 2025 memang tercatat adanya sedikit permintaan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024. Namun, mengingat ketidakstabilan situasi ekonomi yang sedang terjadi, peningkatan tersebut tetap terbatas, dan penyerapan ruang kantor diperkirakan masih terus tertekan.
“Di beberapa area Jakarta terutama CBD ada sedikit kenaikan tingkat hunian atau okupansi dibandingkan kuartal sebelumnya,” sebut Aleviery.
Pemilik properti saat ini masih tetap berhati-hati dalam menerapkan kebijakan biaya sewa, terutama untuk gedung perkantoran yang kesulitan mencapai tingkat okupansi. Situasi ekonomi yang tidak pasti akan terus mempengaruhi aktivitas sewa kantor.
Pemilik properti katanya akan terus menerapkan strategi penyewaan yang fleksibel, termasuk biaya sewa yang dapat disesuaikan, jangka waktu kontrak, dan tata letak kantor untuk mengakomodasi bisnis yang menghadapi masa-masa yang tidak pasti. Selain itu, pemilik properti juga akan meningkatkan kualitas gedung dengan mengintegrasikan fitur bangunan hijau. Cara-cara ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik sewa gedung.
“Office rental sudah turun sejak Covid 2020 jadi landlord sangat berhati-hati untuk menaikkan harga sewanya di samping market yang baru sedikit bangkit diitambah dengan suplai unit dari gedung baru. Untuk kenaikan listrik dan UMR yang naik biasanya landlord akan menaikkan biaya service chargenya, bukan base rental,” ucap Aleviery.
Sebagai catatan, Colliers Indonesia pernah melaporkan pada kuartal III tahun 2024 ada 2 juta meter persegi area perkantoran di Jakarta yang kosong dari total suplai 11 juta meter persegi. Sedangkan
selama tahun 2023 ini, Leads Property Services Indonesia melaporkan tingkat kekosongan ruang kantor di Jakarta menyentuh angka 26,8% atau terdapat sekitar 3,1 juta meter persegi (m2).