
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan peluang investasi khusus dari proyek pembangunan transmisi dan gardu induk hingga tahun 2034 mencapai Rp 565,3 triliun.
Bahlil mengatakan, hal itu seperti yang sudah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.
“Ternyata transmisi dan gardu kurang lebih (peluang investasi) sekitar Rp 565,3 triliun,” ujarnya dalam Konferensi Pers RUPTL 2025-2034, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5/2025).
Kendati ada peluang investasi besar, Bahlil mewanti-wanti dalam pelaksanaannya jangan sampai ada impor untuk bahan baku transmisi tersebut.
“Supaya kita mengamankan TKDN kita. Jangan pasar besar dikasih untuk luar negeri Pak. Harus dalam negeri,” tegasnya.
Dalam RUPTL yang akan berlaku hingga 10 tahun tersebut, rencana pembangunan jaringan transmisi listrik mencapai 47.758 kilometer sirkuit (KMs) dan sebesar 107.950 MVA hingga tahun 2034.
“Maka kita akan bangun 47.758 km sirkuit. Atau setara dengan hampir 8.000 km. Kita bangun jaringan. Jadi ini proyek besar Pak, proyek kabel. Kabel, besi. Apa lagi ya? Ya, perintil-perintil itulah,” tandasnya.
Sebelumnya, PT PLN (persero) mengungkapkan Indonesia akan membangun jaringan transmisi ‘raksasa’ hijau alias Green Enabling Supergrid hingga tahun 2034 mendatang.
Dengan jaringan transmisi hijau tersebut, menurutnya ini bisa menghantarkan listrik dari daerah terpencil yang jauh dari pusat permintaan ke pusat permintaan listrik yang mayoritas berada di Pulau Jawa.
Rencananya, perusahaan akan membangun jaringan listrik dengan panjang lebih dari 1 keliling bumi yakni sepanjang 48 ribu kilometer sirkuit hingga tahun 2034 mendatang.
Dia mengungkapkan bahwa rencana pembangunan Green Enabling Supergrid/Transmission tersebut sudah seperti yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.
“Untuk sampai 2034, ada 48 ribu kilometer sirkuit transmission line. Nah, keliling bumi 42 ribu, jadi ini keliling bumi masih ada 7 ribu kilometer sampai 2034,” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (15/5/2025).
Lebih masif lagi, dia mengungkapkan pihaknya hingga tahun 2040 mendatang akan membangun jaringan hingga 63 ribu kilometer sirkuit.
Pembangunan jaringan transmisi yang panjang tersebut, lanjut Darmawan, tidak lain lantaran sumber EBT di Indonesia terhitung jauh dari pusat kebutuhan listrik dalam negeri. Hal tersebut juga dinilai bisa meningkatkan pemanfaatan sumber energi di dalam negeri alih-alih melakukan impor.
“Nah, untuk itu, dengan adanya Green Enabling Supergrid ini, kami mendekati sumber-sumber pembangkit EBT dan juga langsung bisa menyalurkan EBT ke pusat demand,” ungkapnya.
Dengan begitu, Darmawan menilai pembangunan jaringan transmisi di Indonesia bisa dikembangkan bersama secara komersial dengan tetap didukung oleh pemerintah.
“Kami mengakui program-program pengembangan dari pembangkit itu secara komersial sangat viable dan ini bankable, sehingga kalau yang dibangun oleh swasta dan pengembang, ini risiko sudah de-risking, jadi risikonya sudah bisa dikelola dengan baik, maka bisa dengan mudahnya adanya financial closing. Tetapi, untuk yang Green Enabling Transmission Line dengan low rate of return dengan high cost, tentu saja ini pemerintah butuh hadir dalam program-program pengembangan transmisi nasional ini,” tandasnya.