Mesir siap mendapat kucuran dana sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp19,2 triliun (kurs Rp16.000). Dikutip dari Al Jazeera, Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Mesir untuk membuka sekitar US$1,2 miliar dana guna mendukung keuangan negara yang sedang bermasalah.
Pemberi pinjaman yang berbasis di Washington, DC, tersebut mengatakan pada Selasa pekan ini bahwa mereka telah mencapai “kesepakatan tingkat staf/staff-level agreement”, yang masih memerlukan persetujuan dari Dewan Eksekutif/Executive Board, setelah Kairo menguraikan langkah-langkah untuk meningkatkan stabilitas makroekonomi.
Perdana Menteri Mesir, Mostafa Madbouly mencatat bahwa Ivanna Vladkova Hollar, kepala misi IMF untuk Mesir, mengonfirmasi adanya kesepakatan di tingkat ahli antara pejabat Mesir dan IMF. Hollar menekankan bahwa Mesir terus melaksanakan kebijakan-kebijakan penting untuk memastikan stabilitas makroekonomi, meskipun di tengah ketegangan regional dan penurunan signifikan dalam pendapatan Terusan Suez.
Sebagai informasi, aktivitas Terusan Suez mengalami penurunan tajam sebesar 68% pada kuartal keempat tahun anggaran. Penurunan ini dipicu oleh ancaman terhadap jalur pelayaran internasional di Laut Merah, dengan perusahaan pelayaran memilih untuk mengalihkan jalur mereka dari Terusan, yang mengakibatkan penurunan 30% dalam aktivitas tahunan.
Dalam pernyataan terkait, IMF mengakui lingkungan ekonomi domestik dan eksternal yang menantang, dan mencatat permintaan Mesir untuk penyesuaian komitmen fiskal jangka menengahnya.
IMF juga merinci prioritas reformasi masa depan Mesir, termasuk meningkatkan pendapatan domestik, memperbaiki iklim usaha, mempercepat divestasi, serta meningkatkan tata kelola dan transparansi. Bank Sentral Mesir (Central Bank of Egypt/CBE) menegaskan komitmennya untuk menjaga rezim nilai tukar fleksibel, kebijakan moneter yang ketat untuk menurunkan inflasi, serta memodernisasi operasinya untuk menuju penargetan inflasi. Memperkuat ketahanan sektor keuangan dan meningkatkan tata kelola di sektor perbankan juga menjadi prioritas utama.
Selain pembaruan dari IMF, Madbouly menyoroti pembayaran utang substansial Mesir, dengan negara tersebut telah membayar utang sebesar US$7 miliar pada November dan Desember. Total pembayaran utang pada 2024 mencapai US$38,7 miliar. Meskipun menghadapi tekanan keuangan yang signifikan, Madbouly menekankan komitmen Mesir untuk memenuhi kewajibannya, menegaskan bahwa negara tersebut belum pernah gagal membayar utangnya. Ia mencatat bahwa jumlah pembayaran utang pada 2025 akan lebih rendah dibandingkan dengan 2024.
Madbouly juga membahas upaya-upaya yang sedang dilakukan untuk meningkatkan tata kelola, mengendalikan pengeluaran investasi, dan menciptakan lebih banyak peluang bagi sektor swasta. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan anggaran negara dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, ia memastikan bahwa pihak berwenang terus memastikan cadangan barang-barang penting yang cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi dan konsumsi, yang membantu menstabilkan harga sesuai dengan arahan Presiden Abdel Fattah El-Sisi.
Kondisi Ekonomi Mesir Menurun
Tingkat pertumbuhan PDB Mesir tercatat sebesar 2,4% pada kuartal keempat tahun anggaran 2023/2024, yang membawa tingkat pertumbuhan tahunan menjadi 2,4%, turun dari 3,8% pada tahun anggaran 2022/23. Hal ini terjadi di tengah ketegangan geopolitik yang berkelanjutan dan ketidakpastian ekonomi global, ditambah dengan kebijakan kontraksi pemerintah yang bertujuan untuk memulihkan stabilitas makroekonomi dengan penguatan tata kelola investasi publik sebagai kebijakan utama.
Namun, hal ini sebagian dapat diimbangi dengan pertumbuhan positif di beberapa sektor, termasuk komunikasi dan teknologi informasi, pariwisata (terutama restoran dan hotel), perdagangan grosir dan eceran, serta transportasi dan penyimpanan, bersama dengan layanan sosial seperti pendidikan dan kesehatan, yang telah sebagian mengimbangi perlambatan aktivitas ekonomi di sektor-sektor utama lainnya.
Kendati menghadapi tantangan tersebut, perbaikan dalam aktivitas ekonomi diperkirakan akan terjadi seiring dengan implementasi langkah-langkah makroekonomi yang bijaksana oleh pemerintah dan penguatan tata kelola investasi publik, dengan fokus menciptakan ruang bagi partisipasi sektor swasta sambil memastikan alokasi sumber daya yang efisien untuk sektor-sektor utama.
Upaya ini didukung lebih lanjut oleh pelaksanaan reformasi struktural yang sedang berlangsung, yang didasarkan pada tiga pilar utama: membangun ketahanan dan stabilitas makroekonomi; meningkatkan daya saing ekonomi dan memperbaiki iklim bisnis; serta mendukung transisi hijau.
Pandangan positif ini semakin diperkuat oleh data frekuensi tinggi yang menunjukkan tanda-tanda perbaikan sementara, dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) naik menjadi 49,2 untuk periode November dari sebelumnya bulan Oktober dan September yang masing-masing sebesar 49 dan 48,8.
Inflasi & Suku Bunga Mesir di Level yang Tinggi
Pada 2024, CBE menaikkan suku bunga utama sebesar 8 poin persentase (800 bps), yang menjadikan total kenaikan sejak dimulainya siklus pengetatan kebijakan moneter pada Maret 2022 mencapai 19 poin persentase (1.900 bps).
Saat ini, suku bunga deposito semalam, suku bunga pinjaman semalam, dan suku bunga operasi utama berada pada 28,25%, 27,75%, dan 27,75%, berturut-turut.
Sebagai catatan, tingkat inflasi tahunan Mesir turun menjadi 25,5% (year on year/yoy) pada November, turun dari 26,5% pada Oktober, menurut data terbaru dari Badan Pusat Mobilisasi dan Statistik Publik (CAPMAS). Sementara itu, inflasi inti tahunan Mesir terus menurun untuk bulan ketiga berturut-turut, menjadi 23,7% pada November, turun dari 24,4% pada Oktober, menurut perhitungan CBE.
Walaupun ada penurunan inflasi di Mesir dalam beberapa bulan terakhir, tingkat inflasi masih jauh di atas target CBE sebesar tujuh persen (±2%) pada akhir 2024 dan lima persen (±2%) pada kuartal keempat 2026.