IHSG Dibuka Longsor 0,66%, The Fed Effect Pudar?

Foto: Karyawan berdiri dengan latar belakang layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (11/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada awal perdagangan sesi I Jumat (2/8/2024), setelah pada perdagangan kemarin sempat melesat nyaris 1%.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka melemah 0,66% ke posisi 7.277,66. Selang sepuluh menit setelah dibuka, koreksi IHSG mulai terpangkas yakni menjadi 0,17% ke 7.313,27.

Nilai transaksi IHSG pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 962 miliar dengan volume transaksi mencapai 2 miliar lembar saham dan ditransaksikan sebanyak 82.792 kali.

IHSG cenderung berbalik arah ke zona merah, setelah kemarin ditutup melesat sekitar 0,9% atau nyaris 1%. Tampaknya investor mulai merealisasikan keuntungannya pada hari ini. Apalagi, pada perdagangan hari ini merupakan perdagangan akhir pekan.

Kemarin, bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed)

memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50%, sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya. Namun, The Fed memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.

Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.

“Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September,” kata Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

Pemangkasan suku bunga diperkirakan sebesar 25 basis poin (bp). Powell menegaskan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bp belum ada dalam bayangan The Fed.

“Saya tidak ingin menjelaskan terlalu spesifik soal apa yang akan kami lakukan, tetapi itu (pemangkasan 50 bp) bukan sesuatu yang kami pertimbangkan saat ini,” katanya.

Powell mengatakan kondisi ekonomi AS sudah berbeda jauh dengan setahun yang lalu.

Inflasi kini sudah melandai sementara tingkat pengangguran sudah meningkat. Klaim tunjangan pengangguran juga menunjukkan warga AS tetap menganggur lebih lama.

Namun, respons positif investor di dalam negeri akan pernyataan Powell tampaknya hanya bersifat sementara dan IHSG pun mulai berbalik arah ke zona merah.

Dari dalam negeri, data ekonomi yang dirilis kemarin cenderung mengecewakan. Pertama yakni data aktivitas manufaktur terbaru dan menjadi kontraksi pertama sejak Agustus 2021 atau hampir tiga tahun terakhir.

Data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis S&P Global kemarin menunjukkan manufaktur Indonesia jatuh dan terkontraksi ke49,3 pada Juli 2024. PMI Manufaktur Indonesia terus memburuk dan turun selama empat bulan terakhir. PMI anjlok dari 54,2 pada Maret 2024 menjadi 49,3 pada Juli 2024.

Tak hanya itu saja, data indeks harga konsumen (IHK) Indonesia pada periode Juli 2024 kembali mengalami deflasi dan menjadi ketiga kalinya secara beruntun sepanjang tahun ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan IHK Tanah Air pada bulan lalu mengalami deflasi sebesar 0,18% secara bulanan (month-to-month/mtm), dari sebelumnya yang juga mengalami deflasi sebesar 0,08% pada Juni lalu dan 0,03% pada Mei.

“Pada Juli 2024 terjadi deflasi 0,18%, deflasi terdalam pada 2024 dan deflasi ketiga beruntun,” ungkap Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Kamis (1/8/2024).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*