Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan alasan pemerintah merancang defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 mencapai 2,53%. Dia mengatakan ada 3 alasan yang melandasi penentuan besaran defisit tersebut.
Sri Mulyani mengatakan alasan pertama, besaran defisit ini dirancang untuk memastikan keberlanjutan program-program prioritas pemerintah saat ini. “Defisit RAPBN 2025 dirancang pada tingkat Rp 616,2 triliun atau 2,53% dari PDB, ini adalah tingkat defisit yang bisa menjaga keseimbangan antara, satu keberlanjutan program-program prioritas pemerintah,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna tentang tanggapan pemerintah terhadap pemandangan umum fraksi-fraksi atas RUU APBN 2025, Selasa, (27/8/2024).
Dia melanjutkan alasan kedua adalah memberikan ruang bagi pemerintah baru terpilih untuk melaksanakan program-program yang sesuai dengan yang dijanjikan. Dan ketiga tetap menjaga sustainabilitas atau kesinambungan fiskal pada jangka menengah panjang.
Sri Mulyani mengatakan dalam rangka mendanai defisit tersebut, pembiayaan utang pemerintah terus dikelola secara hati hati. Rasio utang, kata dia, tetap dijaga pada batas aman dan relatif rendah dibandingkan negara sederajat.
“Pendalaman pasar untuk bisa menciptakan cost of fund yang semakin efisien dan stabil. Mendorong pengembangan skema pembiayaan inovatif, kreatif dan berkesinambungan akan terus didorong dengan partisipasi swasta,” kata dia.